Menghadapi perubahan lanskap bisnis, pelaku usaha dituntut untuk tidak gagap terhadap inovasi. Bukan sekadar menelurkan produk baru, inovasi harus dilakukan sejak proses merancang bisnis. Bagaimana langkah Prasetiya Mulya Business School (PMBS) dalam mencetak lulusan yang inovatif?
Memahami Lanskap Bisnis
Perubahan adalah suatu keniscayaan, tak terkecuali dalam dunia bisnis. Pesatnya perkembangan teknologi telah memicu transformasi di berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari cara mereka saling terhubung, mendapatkan informasi, maupun melakukan transaksi. Kita berada pada sebuah masa di mana prioritas pelanggan dapat berubah dalam hitungan hari, produk baru meluncur ke pasar dengan cepatnya, kualitas tinggi yang bisa diperoleh dengan harga murah, hingga keunikan produk yang massal.
Di tengah ketidakpastian dan kompleksitas bisnis yang semakin tinggi, banyak perusahaan kesulitan mendapatkan sumber daya manusia yang tepat. Pelaku bisnis yang hanya reaktif memecahkan masalah setelah terjadinya, cenderung sulit bersaing. Mereka dituntut untuk dapat membekali diri untuk menghadapi berbagai skenario yang mungkin terjadi serta memastikan keberlangsungan bisnisnya di masa depan. Sejak berdiri pada tahun 1982, PMBS telah membuktikan peran penting institusi pendidikan bisnis dalam menjawab tantangan ini.
Dean dan Guru Besar Finance PMBS Prof. Djoko Wintoro, Ph.D menuturkan, Indonesia perlu mentransformasi perusahaan yang masih berorientasi tradisional menjadi perusahaan berbasis inovasi. Di situlah sekolah bisnis mendapatkan tanggung jawab untuk mencetak “arsitek” perancang bisnis. Agar sejalan dengan dinamika yang terjadi di dunia bisnis, PMBS sebagai pelopor penyelenggara program Magister Manajemen (MM) di Indonesia selalu memadukan antara pendalaman teori bisnis dengan practical literacy yang mengacu kuat pada praktik bisnis di lapangan.
Pembaruan Kurikulum
Dalam rangka menjaga kekinian terhadap perubahan lingkungan bisnis, PMBS juga senantiasa melakukan penyempurnaan pada kurikulumnya. Para pengajar didorong untuk melakukan evaluasi terhadap mata ajaran yang diberikan dengan mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan para stakeholders, serta menjalin kolaborasi dengan insitutusi pendidikan lain, baik di dalam maupun di luar negeri. Penyempurnaan ini dapat dilihat dari langkah PMBS mengimplementasikan kurikulum baru untuk program-program MM yang mengacu pada prinsip business design innovation.
Kurikulum ini ditujukan untuk memberikan kemampuan manajemen yang handal dalam menjawab persoalan bisnis dan mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan di dalam lanskap bisnis yang berubah. Mahasiswa yang akan menjadi pemimpin bisnis tidak lagi menjalankan bisnis sebagaimana biasanya, melainkan membangun bisnis berbasis inovasi dan mendorong kolaborasi multidisipliner, serta menciptakan desain bisnis yang semakin relevan untuk mendukung kinerja prima perusahaan.
“Pembaruan kurikulum ini berorientasi pada praktik bisnis dan kebutuhan pelaku bisnis masa depan. Lulusan MM Prasetiya Mulya akan dibekali dengan empat kompetensi. Pertama, memahami lanskap bisnis baru yang kompleks dan penuh dengan ketidakpastian. Kedua, membangun desain bisnis yang inovatif dan relevan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Ketiga, merancang pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Dan yang keempat adalah mengelola siklus bisnis, di mana ada masa tertentu yang mengharuskan semua proses itu berulang kembali,” papar Director of Graduate Program Franky Supriyadi, Ph.D.
Dengan kurikulum baru ini, jelas Franky, PMBS hendak mengubah mindset yang selama ini ditanamkan kepada mahasiswa MM konvensional. Jika selama ini mahasiswa diarahkan untuk merencanakan strategi bisnis berdasarkan prediksi masa depan dengan tingkat ketepatan tinggi, kini hal itu tak bisa lagi dilakukan karena mempertimbangkan meningkatnya ketidakpastian dan kompleksitas bisnis. Sebagai gantinya, mereka mengidentifikasi berbagai alternatif yang bisa terjadi, seraya merancang bisnis yang inovatif dan fleksibel dalam menghadapi kondisi tersebut.
“Memperkenalkan paradigma baru ini adalah tantangan besar bagi Prasetiya Mulya, namun penting bagi institusi pendidikan ini untuk menjadi pelopor.”
Menjadi Pelopor Program Berbasis Inovasi
“Di sisi lain, inovasi menjadi penting karena tidak cukup hanya menemukan sesuatu yang baru, tetapi yang juga sama pentingnya adalah kemampuan untuk melakukan komersialisasi. Tanpa komersialisasi, sebanyak apapun penemuan-penemuan baru, tidak akan pernah diterima ataupun memenuhi kebutuhan pasar. Dengan kata lain, penemuan itu tidak mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat luas,” tandasnya.
Franky mengungkapkan bahwa pendekatan berbasis inovasi ini telah mulai diterapkan pada sejumlah sekolah bisnis di negaranegara maju. Adapun PMBS menjadi sekolah bisnis pertama di Indonesia yang menerapkan kurikulum ini. Ia menyatakan, “Memperkenalkan paradigma baru ini adalah tantangan besar bagi Prasetiya Mulya, namun penting bagi institusi pendidikan ini untuk menjadi pelopor. Prasetiya Mulya selalu berupaya memberikan kontribusi positif untuk iklim bisnis di Tanah Air, tentunya melalui pendidikan para pelaku usaha yang akan melakukan praktik bisnis yang inovatif di masing-masing perusahaannya.”
(Majalah SWA. Edisi XXI, 30 Juni-8 Juli 2015)