Momentum awal tahun sering kali digunakan orang untuk mengatur kembali resolusi yang ingin dicapai dalam setahun ke depan. Salah satu yang mungkin masuk dalam resolusi tersebut adalah membulatkan tekad untuk membangun bisnis sendiri. Memilih jenis usaha yang akan ditekuni bisa dibilang gampang-gampang susah.
Calon pelaku usaha perlu mempertimbangkan dan mengevaluasi tantangan dan peluang yang ada. Dosen Marketing dan Pembina UMKM Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya Rudy Handoko mengatakan prinsip utama dalam menentukan bisnis rintisan yang akan digeluti yakni apakah bisnis atau usaha tersebut mampu menjawab suatu permasalahan yang dihadapi konsumen.
Bisnis yang mampu bertahan adalah usaha yang memberikan solusi atas permasalahan yang ada, bukan hanya sekadar ikut-ikutan tren. Belakangan ini, banyak orang yang ikut membangun usaha rintisan kreatif di bidang digital.
Booming usaha rintisan digital tersebut tak lepas dari perkembangan kalangan milenial yang diperkirakan akan memberikan pengaruh besar terhadap perilaku pasar di waktu yang akan datang. Sejumlah perusahaan rintisan yang didirikan anak-anak muda pun terbukti berjalan sukses. Contohnya Tokopedia, Traveloka, hingga GoJek yang digadanggadang valuasinya mampu menembus US$1 miliar.
Namun, booming usaha digitalisasi ini tak serta-merta menjamin semua usaha rintisan di bidang ini akan sukses. Perlu diingat, sebuah usaha, terutama yang masih dalam taraf rintisan atau business acceleration tentu memiliki risiko kegagalan yang tinggi. Bahkan, sejumlah penelitian menunjukkan sekitar 90% bisnis rintisan, baik di bidang digital maupun tidak, mengalami kegagalan.
Menurut Rudy, ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan mayoritas usaha pemula gagal. “Misalnya konsumen tidak tahu produk/jasa yang dibuat, atau konsumen sudah tahu tetapi tidak merasakan adanya solusi yang diberikan produk/jasa tersebut, atau konsumen pengguna terlanjur merasa kecewa,” kata Rudy.
Bila prinsip “produk adalah solusi” tetap dipegang, kesempatan usaha dalam bidang startup digital diyakini masih luas. Tak hanya ritel dan jual beli seperti yang sudah berkembang pesat, sejumlah permasalahan di bidang lain pun menyimpan potensi untuk digeluti, misalnya transportasi, pertanian, kesehatan, pangan dan sandang.
TARGET KONSUMEN
Sebelum membuat bisnis, pelaku usaha perlu menggali terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan konsumen dan produk yang akan dibuat apa saja, siapa target konsumen serta berapa isi kantong mereka. Secara lebih rinci, Rudy memaparkan setidaknya ada enam hal penting yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk merintis bisnis sendiri.
Pertama, jangan ikut arus membidani bisnis yang tengah populer. Di tengah persaingan yang begitu ketat, buatlah produk yang bisa menjadi solusi, bukan hanya sekadar mengikuti produk lain di pasaran. Caranya yakni dengan memperhatikan apa kekurangan yang ada di produk sejenis yang sudah eksis dan cobalah memperbaiki kekurangan tersebut.
Lakukan penelitian kecil-kecilan tentang produk atau aplikasi apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, dari sekian jenis pilihan produk, pilih yang paling dekat dengan kegemaran ataupun hobi Anda.
Pasalnya, menggeluti bidang yang disenangi atau digemari biasanya membuat kita akan tahu lebih banyak dibandingkan dengan orang lain, serta membuat daya tahan dan daya juang lebih kuat. Ketiga, jangan hanya menyasar satu segmen konsumen. Buatlah beberapa sasaran kemudian pilih yang paling mampu dilakukan.
Contohnya, bila berbisnis suvenir, jangan hanya menyasar pasar turis. Masih ada banyak pembeli potensial, seperti perusahaan untuk dijadikan sebagai gift, wedding organizers sebagai cinderamata tamu, atau pasar perorangan untuk hadiah. Keempat, gunakan media penjualan online dan offline sekaligus. Keduanya harus saling menunjang satu sama lain.
Buatlah promosi yang menarik di Internet, bukan hanya sekadar pasang gambar. Tunjukkan bahwa produk Anda berbeda dan lebih memberikan solusi dibandingkan dengan yang lainnya. Kelima, jagalah hubungan baik dengan calon pelanggan, pelanggan baru, dan pelanggan lama.
Pelanggan lama jangan disepelekan karena bisa menjadi referensi dan melakukan pemasaran dari mulut ke mulut ke calon pelanggan. Keenam, saat ini produk mudah ditiru oleh pesaing. Lalu apa yang sulit ditiru? Di sinilah peran servis atau layanan menjadi sangat penting. Produk atau jasa yang diberikan boleh jadi hampir sama, tetapi ketika salah satu memberikan pelayanan yang lebih cepat, ramah dan sabar, tentu konsumen akan memilihnya.
Source: http://koran.bisnis.com/read/20170107/458/617510/jangan-takut-memulai-bisnis