Sejak terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012 – 2017, sosok Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM atau lebih dikenal dengan Ahok tidak pernah lepas dari sorotan media. Sejak terjun ke dunia politik, slogan “Bersih, Transparan, Professional” menjadi ciri yang membedakan sekaligus menjadi merek nama dirinya, BTP.
Awalnya, sebagai sarjana geologi, Ahok merasa ilmunya belum cukup untuk mengelola usaha keluarganya di Belitung Timur. Kemudian melanjutkan pendidikan Magister Manajemen (MM) di Prasetiya Mulya Graduate School of Business (PMGSB). Selama kuliah S2, Ahok mengaku banyak mendapatkan ilmu dan pelajaran studi kasus untuk kemudian diterapkannya saat mengelola usaha keluarga dan kariernya di dunia politik.
Setelah beberapa kali bekerja di perusahaan swasta dan kemudian menjalankan usaha, Ahok merasa belum melakukan sesuatu yang berarti. Ketidakadilan yang terlihat di tanah kelahirannya menggugah ambisi terpendam Ahok untuk menciptakan keadilan sosial. Dengan hanya menjadi pengusaha, tentu tidak bisa mewujudkannya. Ayahnya memberi dorongan agar Ahok memberanikan diri untuk mewujudkan ambisinya melalui panggung politik.
Dan pintu pun terbuka lebar pada tahun 2003 saat ia bergabung dengan salah satu partai dan mengikuti pemilihan anggota DPRD tingkat II di Belitung Timur. Ketika terpilih menjadi wakil rakyat, perjuangannya untuk membela kepentingan publik dipertaruhkannya. Setelah itu, Ahok mengikuti pemilihan kepala daerah dan terpilih menjadi Bupati Belitung Timur. Disinilah ia memainkan strategi politik yang diadopsi dari strategi marketing yang ia dapat saat kuliah S2.
Kenali Target Market
Ahok menjelaskan beberapa cara yang ia dapatkan dari pelajaran marketing. Dimulai dari pemahaman kebutuhan pasar melalui riset. Saat terjun ke politik, ia sudah memperhitungkan “target market” nya, siapa yang akan dijadikan pemilih dan kenali karakternya. “Saya sudah tahu bagaimana kondisi rakyat, apa yang mereka butuhkan, dan bagaimana pola pemikirannya. Karena itu mempengaruhi “produk” apa yang akan saya tawarkan. Ilmu ini disebut positioning” ujar Ahok yang terkenal dengan kelugasannya.
Tentu harus dibuat pembedaan dari yang sudah ada atau diferensiasi. Ahok membranding BTP sesuai namanya. “Kalau ada yang lebih BTP (Bersih, Transparan, Professional) dari saya, ya jangan pilih saya!” statement yang cukup keras ini membuat Ahok berbeda di mata pemilih. Ia tidak mau pemilih hanya diiming-imingi uang Rp. 20.000.- yang notabene habis untuk kebutuhan sesaat saja, Ahok mau rakyat yang memilihnya adalah mereka yang menaruh harapan BTP di kotanya.
“Pada waktu saya dikasih kesempatan sebagai bupati, saya berani pasang badan untuk rakyat, untuk mempertahankan uang rakyat di APBD, jika kalian pilih saya maka tidak akan menyesal” ujar Ahok menambahkan. Cara ini disebutnya sebagai aplikasi teknik after sales service, layanan nyata yang diberikannya setelah ia terpilih menjadi bupati.
Hal lainnya yang membuat Ahok berbeda dengan tokoh politik lainnya adalah ia berani memberikan nomor handphone pribadinya kepada masyarakat. Nomor handphonenya dicetak di kartu nama dan disebarkan di materi komunikasi lainnya. Ini menjadi sesuatu yang tidak lazim dilakukan oleh tokoh politik lainnya saat kampanye. “Sebab kalau tidak, berapa banyak kita harus ketemu orang. Dengan demikian akan banyak masukan dari masyarakat, keluhan, usulan atau kritikan. Dari hal itu, kita akan tahu pikiran orang seperti apa terhadap diri kita.” katanya. Sementara banyak pejabat tidak mempublikasikan nomor handphone mereka, Ahok malah mencetak tiga nomor sekaligus di kartu namanya kini saat menjadi orang nomor dua di DKI.
Pelajaran menarik lainnya adalah stategi promosi. “Spanduk atau baliho tidak boleh dipasang terlalu tinggi karena kebanyakan orang-orang melihat tulisan yang sesuai ketinggian pandangan mata, jangan memasang baliho yang terlalu tinggi, tulisan yang dimuat tidak lebih dari 6 kata, maksimal 7 kata. Kalau bisa 3 kata pertama di ulang-ulang terus, contohnya: berikan kami kesempatan sejahterakan guru dsb” ujar Ahok yang masih ingat study kasus dari pelajaran marketing di Prasetiya Mulya.
Ahok berprinsip, kalau produknya bagus maka customer akan memilihnya. Sama seperti dunia politik, kalau program kerja yang dibuat bagus maka rakyat akan mendukungnya. Seperti program jaminan sosial, pendidikan dan kesehatan. Hal inilah yang meyakinkan masyarakat saat memilihnya menjadi bupati. Ahok tahu betul rakyat sedang mendambakan seorang pemimpin yang baik.